Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 02 Desember 2010

Amerika Serikat Gusar Terhadap Sarana Nuklir Korut...!!!

 Pejabat Amerika Serikat menuduh Korea Utara melanggar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mencoba untuk menggoyang stabilisasi kawasan dengan klaim bahwa negara tertutup itu membangun pengayaan uranium yang baru dan canggih.

"Hal ini mengesahkan kekhawatiran yang telah lama kami cemaskan mengenai Korut dan pengayaan uranium miliknya," kata pejabat tinggi AS, Laksamana Michael Mullen, menambahkan bahwa Pyongyang terus-menerus membantah pengayaan tersebut.

Berita yang beredar juga menekankan bahwa Korut "yang dipimpin oleh seorang diktator yang terus menginginkan kekacauan kawasan," kata ketua Staf Gabungan AS itu kepada televisi ABC pada Minggu.

Ia memberikan reaksi setelah seorang ilmuwan Amerika mengungkapkan bahwa ia menjalani tur pada 12 November yang melihat pengayaan uranium baru yang modern dilengkapi dengan setidaknya 1.000 mesin pemutar di kompleks nuklir di Yongbyon.

Profesor Universitas Stanford, Siegfried Hecker, menyebut fasiltas tersebut "mencengangkan" menambahkan bahwa ia diberitahu bahwa fasilitas itu telah memproduksi uranium tingkat rendah meski tidak ada cara untuk mengonfirmasi bahwa pengayaan tersebut sudah sepenuhnya dioperasikan.

"Mungkin hal tersebut adalah tindakan Pyongyang terbaru yang terutama ditujukan untuk menggerakkan fasilitas listrik," tulis Hecker dalam laporannya. "Namun potensi teknologi pengayaan uranium untuk keperluan militer perlu ditanggapi serius".

Hecker yang disebut telah memberi penjelasan kepada Gedung Putih, mengatakan ia takjub atas apa yang ia temukan.

"Bukannya melihat mesin pemutar berdaya rendah yang saya yakini dimiliki Korut, kami malah mendapati mesin pemutar untuk pengayaan uranium yang modern dan bersih dengan lebih dari seribu mesin pemutar yang saling berhubungan dengan rapi dan berada tepat di bawa kami," tulisnya.

Pemandunya mengatakan bahwa faktanya terdapat 2.000 mesin pemutar yang memperoduksi uranium berdaya rendah untuk membantu menggerakkan reaktor nuklir dan berkeras bahwa fasilitas tersebut digunakan untuk program listrik sipil.

Di Seoul, utusan AS untuk Korut, Stephen Bosworth, mengatakan berita terbaru tersebut "sangat tidak menguntungkan" namun "bukanlah suatu krisis."

"Kami sudah mengetahui hal itu beberapa waktu yang lalu," kata Bosworth kepada Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kim Sung Hwan di Seoul seperti yang dilaporkan kantor berita Korsel, Yonhap.

"Hal itu merupakan perkembangan yang tidak menguntungkan, namun bukanlah krisis."

Utusan AS tesebut mengatakan bahwa program itu melanggar resolusi PBB dan persetujuan enam negara pada September 2005 saat Korut setuju untuk membatalkan program nuklirnya dengan imbalan akan mendapat bantuan, manfaat diplomatik, dan keamanan.

Walau demikian, Bosworth yang akan pergi ke Jepang dan China mengatakan ia "tidak mengesampingkan semua kemungkinan untuk keterlibatan lebih lanjut dengan Korea Utara".

Menteri Keamanan AS Robert Gates yang sedang berkunjung ke Bolivia mengatakan kepada wartawan bahwa ia yakin Pyongyang memiliki program reaktor nuklir yang sedang berlangsung "sejak waktu lama" dan bahwa "pengayaan nuklir seperti ini, dengan asumsi bahwa yang terjadi benar-benar seperti apa yang terlihat, jelas memberikan mereka potensi untuk menghasilkan pengayaan lebih banyak lagi."

"Korut telah mengabaikan beberapa resolusi PBB. Mereka terus mencoba untuk mengekspor senjata, jadi gagasan mereka mengembangkan hal ini tentu menjadi suatu kekhawatiran," kata Gates.

Gates mengatakan bila reaktor bertujuan untuk pembangkit listrik keperluan sipil "maka mereka akan disambut oleh badan PBB urusan nuklir IAEA".

Korut yang telah melakukan dua kali tes nuklir tersebut menarik diri dari pembicaraan penghentian pembangunan reaktor nuklir --yang mengikutsertakan dua Korea, China, Jepang, Rusia, dan AS-- pada 2009.

Rezim juga mengumumkan tahun lalu kembali memulai aktivitas di kompleks Yongbyon, di luar ibu kota Pyongyang, pasca kecaman dan sanksi PBB.

Mullen mengatakan Pyongyang secara rutin membantah program pengayaan uraniumnya dan mengatakan pemimpin Korut Kim Jong Il melanggar sanksi PBB dengan membangun fasilitas tersebut.

Seorang pejabat senior di pemerintahan Obama menggambarkan klaim Korut atas pengayaan baru tersebut sebagai "tindakan provokatif dari pembangkang."

Hecker mengatakan ilmuwan Korut memberitahunya bahwa konstruksi dari fasilitas yang dijuluki sebagai "Lokakarya Pengayaan Uranium" dimulai April 2009 --bulan yang sama saat Pyongyang menarik diri dari pembicaraan enam pihak-- dan telah merampungkannya beberapa hari yang lalu.

Ketua urusan Luar Negeri Senat AS John Kerry mengatakan bahwa laporan itu "memberikan masalah" dan mendesak baik PBB maupun China untuk bergerak maju demi menegakkan sanksi.

Hecker mantan direktur Los Alamos National Laboratory mengungkapkan saat ia meninggalkan Korut, pemimpin Korut mengklaim akan membangun percobaan reaktor "light-water nuclear" yang rencanaya selesai pada 2012.

Dalam beberapa bulan terakhir Korut telah menunjukkan keinginan untuk kembali melanjutkan pembicaraan enam pihak dan beberapa pejabat pemerintahan berspekulasi bahwa Pyongyang mungkin memutuskan untuk menunjukkan fasilitas baru mereka demi memenangkan konsesi AS bila pembicaraan dilanjutkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    TV Streaming Indonesia