Perwujudan nilai-nilai historis dan heroisme dari peristiwa Palagan  Ambarawa, tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan Tentara bersama  Rakyat Indonesia, dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan  Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
Dari peristiwa itu tidak  dapat dipungkiri, bahwa kebersamaan dalam Kemanunggalan TNI dengan  Rakyat merupakan kekuatan sinergis yang ampuh dalam menjaga keselamatan  bangsa dan tumpah darah Indonesia. Kemanunggalan juga menjadi garansi  tetap tegak dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta  kokohnya kedaulatan negara dan keutuhan bangsa. 
Hal tersebut  dikatakan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta dalam  amanatnya dalam Upacara Parade di Lapangan Pangsar Sudirman, Ambarawa sebagai puncak acara peringatan 'Hari Juang Kartika' TNI AD tanggal 15 Desember 2010.
Lebih  lanjut dikatakan, bahwa TNI Angkatan Darat akan terus memberdayakan  Kemanunggalan  TNI dengan Rakyat, guna mendukung pelaksanaan tugas pokok  yang diemban, baik dalam Operasi Militer untuk Perang maupun Operasi  Militer Selain Perang. Harus kita sadari, tantangan tugas ke depan masih  sangat diwarnai oleh dinamika pelaksanaan tugas Operasi Militer Selain  Perang. Berkaitan dengan hal tersebut, TNI Angkatan Darat bersama-sama  komponen masyarakat,  senantiasa membantu Pemerintah untuk mengatasi  kesulitan yang dialami rakyat yang tertimpa berbagai musibah dan bencana  alam yang terjadi seperti musibah dan bencana alam banjir bandang di  Wasior Papua Barat, gempa bumi tektonik dan tsunami di Mentawai Sumatera  Barat, dan erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa  Tengah. 
Kesemuanya itu, mengingatkan kita sebagai prajurit  Angkatan Darat, terhadap salah satu pesan Panglima Besar Jenderal  Soedirman, yang masih dan akan tetap relevan untuk di implementasikan  dalam kehidupan keseharian prajurit, yaitu “Angkatan Perang Republik  Indonesia lahir di medan perjuangan kemerdekaan nasional. Ditengah  tengah dan dari revolusi rakyat dalam pergolakan membela kemerdekaan,  karena itu Angkatan Perang Republik Indonesia adalah Tentara Nasional,  Tentara Rakyat dan Tentara Revolusi”.
Perwujudan nilai-nilai  historis dan heroisme dari peristiwa Palagan Ambarawa itu, tidak dapat  dipisahkan dari sejarah perjuangan Tentara bersama Rakyat Indonesia  dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik  Indonesia. Semangat juang yang terukir pada Palagan Ambarawa, telah  ditunjukkan Panglima Besar Jenderal Soedirman dengan segenap prajurit  TKR yang menjadi cikal bakal TNI. Hal ini patut menjadi suri teladan  bagi setiap prajurit TNI Angkatan Darat, dalam menjalankan setiap  panggilan tugas negara. 
Dibawah Pimpinan Kolonel Soedirman,  sebagai Komandan Divisi V Banyumas pada waktu itu, Pasukan Tentara  Keamanan Rakyat atau TKR bersama-sama dengan rakyat di wilayah ini,  mampu mengusir Tentara Sekutu keluar dari Ambarawa menuju Semarang,  melalui pertempuran sengit selama 4 hari, sehingga medan pertempuran  dapat dikuasai oleh pasukan TKR pada tanggal 15 Desember 1945. Peristiwa  heroik tersebut sekaligus menjadi bukti sejarah, bahwa meskipun  kekuatan pasukan kita menggunakan perlengkapan sederhana, namun mampu  menghadapi pertempuran sengit secara singkat, dengan hasil yang  mengagumkan. 
Peringatan Hari Juang Kartika Tahun 2010 ini  dipusatkan di Kota Ambarawa, agar kita dapat mengenang kembali sosok  perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam pertempuran 65 tahun  silam yang dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa“. 
Rabu, 15 Desember 2010
Puncak Peringatan 'Hari Juang Kartika' Di Ambarawa
 07.53
07.53
 military news
military news
 


 
 
 
 
 
 














0 komentar:
Posting Komentar